Cerita Linux

Seorang teman sesama mahasiswa Elins UGM –Taufiq Sunar- saya ajak ngobrol kala itu :

Saya : “Fiq, njajal openSUSE 11 yuk.” (ngajak make Linux openSUSE, bukan Ubuntu lagi)
Taufiq : “Emoh, ra ono kancane, wis kepenak Ubuntu e Nis.” (gak mau karena belum ada teman lain yang memakai distro itu, sehingga ia bertahan dengan Ubuntunya)
Saya : “Wah jan, payah koe Pik, jarene open source ?, mosok ra gelem njajal lione.” (Masak gak mau nyoba hal baru sih ? katanya mendukung open source ?)
Taufiq : “Asem.”

perlu tahu aja, Taufiq adalah mahasiswa yang sedang akrab dan seneng2nya make program opensource, mulai Gambas, Kompozer, dll.
Dari dialog itu saya menyimpulkan bahwa walaupun sesorang telah akrab dengan dunia open source seperti LINUX, dia tetap gak mau nyoba sesuatu yang baru, apalagi gak ada teman lain yang make itu, jadi ada faktor lain yang mempengaruhi. Satu lagi, tadi malam saya dapet pesan di FB, seorang teman lain, di Bandung -Bismi- mulai pengen make LINUX karena katanya capek ngurusin virus di Windows. Dia nanya baiknya pake Linux apa.

Justru dengan masalah-masalah itu, KINCIR hadir bukan sebagai guru atau pemberi tutorial yang sok ngajarin. Tapi dengan semboyan “KINCIR, di sinilah kita rasa senang”, KINCIR hadir sebagai teman seperti kasus Taufiq tadi, dan hadir sebagai teman bagi USB (User Baru) seperti Bismi dan kawan lainnya. Karena itu juga kami bikin acara yang namanya BLT (Bantuan Linux Tunai) di kota kamu tinggal, agar para anggota dapat leluasa mendapat software-software yang diperlukannya lewat KINCIR. Tunggu kiamat datang untuk make LINUX ? Tentu gak kan ? Mumpung pengurus KINCIR lagi seneng-senengnya jadi “temen” kamu nih....hehehe.

Thank’s to : Taufiq IC 7408, Bismi Kikit, Irfan Nurudin Al Azhari Damar Pangestu Endang Kurniawan buat laptopnya untuk ngetik tulisan ini.